Wednesday, 20 November 2013

Teror Hantu Semur Jengkol



 Suatu hari ada 7 orang pemuda Pencita Alam yang sedang blusukan ke sebuah desa terpencil yang bernama Desa Petai Sari. Pemuda-pemuda tersebut bernama, Yongki, Deni, Ribas, Putri, Amel, Alya, dan Oktarina (Rina). Mereka bertujuan untuk melakukan bakti sosial, sebab di desa tersebut desa yang sangat terpencil, dan minim akan ilmu pengetahuan.
Yongki sebagai ketua dari kelompok, mengajak Alya pergi ke rumah kepala desa untuk meminta izin mengadakan kegiatan di desa tersebut, sementara yang lain ditugaskan untuk survei lokasi, dan berkenalan dengan warga-warga sekitar. Di rumah kepala desa yang bernama Bapak Pramoko, Yongki dan Alya disambut dengan hangat, Yongki pun menjelaskan maksud dan kedatangan mereka ke desa Petai Sari. Bapak Pramoko pun memberikan izin kepada mereka, namun beliau berpesan “janganlah kalian sekali-kali keluar pada malam hari.” Kemudian Alya bertnya “apakah di desa ini banyak penjahat pak..?” “oh tidak..!” jawab pak Pramoko “lalu pak..?” sahut Yongki, pak Pramoko menjawab “sudahlah, kalian jangan banyak tanya, yang penting kalian ikuti nasihat saya dan kalian akan selmat.” Yongki dan Alya hanya bisa meng iyakan saja.
Sementara itu, Deni, Ribas, putri, Amel, dan Oktarina melakukan survei lokasi, ditengah kecriaan mereka, tiba” Oktarina melihat seorang wanita duduk di bawah pohon jengkol sambil menangis. Lalu oktarina yang tercengang, dikagetkan oleh ribas, “dor...!, melamun aja, liatin apa kmu rin..?” tanya ribas, setelah mengagetkan rina.
Lalu rina menjawab “itu bas, ada cewek nyenden di bawah pohon jengkol sabil nangis”, ribas pun melihat kearah pohon jengkol dan berkata “ngaco kmu rin, orang di sana gak ada siapa-siapa”. Oktarina pun terkejut, “ lho, sumpah tadi ada perempuan nangis di situ” kata oktarina dengan wajah penuh penasaran, “ ngayal aja kamu, ayo kita lanjut survei lokasi, tuh spertinya ada penduduk di sana”, akhirnya mereka melanjutkan perjalanannya, menyusul Deni, Putri, dan amel.
            Deni memulai percakapan dengan salah satu warga yang bernama pak Hambali
Deni    : selamat siang pak...!
Pak Hambali : iya, selamat siang. Ada apa yah mas..?
Deni       : begini pak, kami dari kelompok Pencinta Alam, ingin ingi mengadakan bakti sosial selama beberapa hari di sini pak, kalo bapak tidak keberatan, saya ingin tahu tentang kondisi lingkungan desa ini.
Pak Hambali : oh iya mas, jadi begini, desa Petai Sari ini, adalah desa yg aman dan tentram, warga disini ramah mas, tidak akan ada tindak kriminal yg terjadi di desa ini, namun saya berpesan, kalian jangan sekali-kali mendekati pohon jengkol yang ada di sana, jika ada orang yang berani mendekati apalagi sampai merusah pohon itu, maka ia akan menghilang, dan menurut orang almarhum orang tua saya, orang-orang yg menghilang itu akan berpindah alam.
Deni       : ih serem amat pak..?
Oktarina : apa aku bilang, ada yang aneh dengan tuh pohon jengkol.
Pak hambali : sudah, apapun yang terjadi jangan pernah mendekati pohon jengkol itu.
Deni       : iya pak, terima kasih banyak atas informasinya, kami pamit dulu, slamat siang pak.
Pak Hambali : iya, mari. Hati-hati mas....!
                          Akhirnya mereka kembali ke mobil dengan mengambil jalan memutar. Ditengah perjalanan Oktarina memulai pembicaraan.
Oktarina            : eh temen-temen, rasanya apa yg dibilang bapak tadi itu ada benernya deh..
Putri                  : bener gimana maksudmu rin..?
Oktarina            : iya, tadi aku ngeliat ada perempuan nangis di bawah pohon jengkol yang tadi, terus stelah itu dia ngilang gitu aja.
Amel                 : halusinasi kamu aja paling tuh rin, kamu kan emang penakut.
Oktarina            : eh, suer aku liat dengan mata kepalaku sendiri, dan aku dalam keadaan sadar.
Ribas                 : sudah, gak usah pada berdebat, aku juga ngerasa ada yang aneh sama tuh pohon
Oktarina            : tuh kan, ribas aja juga ngerasa gitu.
Putri                  : memangnya apa yang aeh bas..?
Ribas                 : ya aneh aja, kok pohon petai, sama pohon jengkol hampir mirip yah..? hahaaa.
Oktarina            : ah, resek kamu bas, awas aja yah, kalau sampek salah satu dari kalai ngeliat sendiri, huuumb.
Deni                  : dari tadi kalian cuman ribut aja, kita sudah nyampek di mobil nih, tapi si yongki sama alya kemana yah, kok lama banget...?
Amel                 : tau ah, paling pada nyasar tuh.
Ribas                 : sembarangan kalo ngomong, ntar biar aku telvon mereka dulu.
Putri                  : eh, tuh mereka udah pada nongol. Yongki, Alya, gimana apa kita di ijinkan..?
Yongki              : iya, kita dapat ijin dari pak lurah, oh iya, kita dikasi penginapan sama pak lurah, gratis, jadi gak perlu susah-susah mendirikan tenda, atau cari penginapan lagi.
Amel                 : bagus dong kalau gitu, ayo tunjukin di mana tempatnya...!
Yongki              : oke, ayo semua ,masuk ke mobil, biar aku yang nyetir.

          Akhirnya merekapun pergi menuju tempat penginapan yang disediakan pak lurah.
Sesampainya di penginapan, merekapun menyiapakan semua yang mereka butuhkan di kegiatan bakti sosial besok hari.
          Hari semakin malam merekapun hendak beranjak tidur. Ketika rina hendak memejamkan mata, tiba-tiba terdengar suara tangisan perempuan, seketika rina merasa takut, lalu ia membangunkan alya,
Rina              : Al, bangun..!
Alya              : apaan sih rin, udah ngantuk nih..!
Rina              : bangun al, ada suara perempuan nangis tuh di luar.
Alya              : ngaco ah kamu, mana ada orang keluar jam segini,? Udah tidur aja
Rina              : ya udah, sana geser dikit.

          Akhirnya rina memutuskan untuk tidur, namun hatinya masih gelisah bercampur rasa penasaran. Selang sesaat terdengar aroma masakan yang sangat sedap, rina pun semakin penasaran, sebab mana mungkin ada orang masak di tengah malam. Malam semaki larut, dan rina pun akhirnya tertidur.
          Pagi pun tiba, dan tiba pula waktu mereka untuk melakukan  bakti sosial dan penyuluhan tentang pentingnya pendidikan. Saat yongki menyampaikan persentasenya di depan warga, rina kembali mendapati hal yang aneh, dia melihat seorang perempuan dengan raut muka pucat duduk di kursi paling belakang, lalu rina memberi tahukan pada deni, “den, kmu liat deh perempuan yang duduk di kursi paling belakang, kok kayaknya aku pernah liat yah den.?”
“mana..?, oraang kursi paling belakang kosong” sahut deni.
“itu den, wajahnya pucet banget, oh iya aku ingat sekarang, dia wanita yang aku liat di pohon jengkol kemarin” kata rina.
“udah rin, gak usah aneh-aneh, kita lagi mau menyampaikan persentase nih” sahut deni.
Rina pun hanya terdiam, lalu rina melihat ke arah kersi tersebut, dan ternyata wanita itu sudah tidak ada. Rina semakin penasaran, sebenarnya apa yang ada di desa ini.
          Hari pun beranjak sore, bakti sosial di hari pertama berjalan dengan lancar, akhirnya mereka kembali ke penginapan. Di saat yang lain asik bercanda, rina masih saja diselimuti rasa penasaran. Malam semakin larut, mereka pun beranjak tidur, ketika para wanita masuk ke kamar meraka, tiba-tiba amel merasa lapar, “woy, ada yang punya cemilan gak..? laper nih” kata amel, sambil memegang perutnya, alya menjawab dengan kondisi mengantuk “tuh ada mie instan di tas, kamu masak aja”, “bosen ah, makan mie instan melulu” kata amel.
“terserah kamu aja dah, aku mau tidur dulu” sahut alya.
Amel pun memasang wajah sebal, sebab tidak ada yang menghiraukan rasa laparnya.
Selang sesaat terdengar aroma masakan yang sangat sedap, tanpa pikir panjang, amel pun segera mencari sumber dari aroma masakan tersebut. Amel berbicara dalam hati “dari mana nih aroma, sepertinya sedep banget, kayaknya dari luar nih, tapi kata warga di sini gak boleh, kluar malem,,, bodoh amat ah, kalo perut udah keroncongan segala resiko berani diambil”.
Akhirnya amel diam-diam keluar dan mencari pembuat masakan tersebut, setelah agak jauh dari penginapan, amel melihat ada sebuah warung yang sedang buka, tanpa pikir panjang amelpun segera masuk ke warung tersebut dan memesan makanan, lalu amel berkata “waw, ternyata aroma yang tadi aku cium, asalnya dari semur jengkol ini, heem, aromanya saja sedap, apa lagi rasanya”. Lalu amel pun memakan semur jengkol tersebut, setelah beberapa suapan terjadilah sesuatu yang mengejutkan amel, ternyata semur jengkol yang iya makan adalah organ dalam manusia, dan kuahnya darah, ketika amel melihat ke arah pemilik warung, ternyata dia adalah sesok makhluk halus yang menjelma sebagai manusia, bahkan warung tersebut seketika menghilang, dan yang tersisa hanyalah pohon jengkol yang mereka lewati kemarin. Amel pun berteriak, namun tak ada yang mendengarkannya.
                      Pagi pun tiba, yongki dan teman-teman yang lain bersiap-siap utuk berolah raga, lalu deni berkata “ kalian ngerasa ada yang beda gak..?” “beda gimana den..?” tanya rina.
“sepertinya ada yang kurang gitu diantara kita” kata deni, “oh iya, amel gak ada” sahut putri.
Lalu alya berkata “palingan dia udah joging duluan”. “ya udah ayo kita joging, skalian cari si amel” kata ribas. Akhirnya mereka lari-lari pagi menyusuri desa, setelah agak jauh yongki berkata “ sepertinya kita harus srius nyari amel deh, soalnya udah dari tadi muter-muter kampung, gak ada tanda-tanda dari amel” “tunggu sebentar”, rina memotong pembicaraan
“ada apa rin..?” tanya ribas, “kalian lihat di pohon jengkol itu,” kta rina “ada apa sih rin..?” tanya putri, rina tidak menjawab, dan dia langsung berlari kearah pohon jengkol tua itu.
Lalu rina berteriak pada teman-temannya “hey, ksini deh liat nih” teman-temannya pun mendatangi rina, “ada apa rin..?” tanya yongki, lalu rina menjawab “liat, ini kan sepatunya amel.” “iya rin” sahut alya, “eh liat kesini deh” kata putri, “apaan put..?” tanya deni, “ada bercak darah” jawab putri. Lalu yongki berkata “ini ada yang tidak beres, hari ini kita tunda dulu acara bakti sosial kita fokuskan untuk mencari amel”, “iya setuju” jawab yanglain. Lalu yongki menyusun rencana “oke, mula-mula kita bagi kelompok, aku, alya, dan ribas cari amel. Rin , deni , dan putri, ke rumah pak kades, beri tahukan masalah ini, apa ada pertanyaan..?” “oke kami mengerti” jawab semuanya,”bagus, kalo begitu sebelum senja, kita berkumpul di penginapan.”

          Akhirnya mereka menjalankan tugas masing-masing, kelompok rina segera menuju ke rumah pak kades, di tengah jalan rina mendengar suara tangisan anak kecil, saat ia bertanya pada deni, deni tidak menghiraukan dan menyuruh mereka untuk tetap melanjutka perjalanan ke rumah pak kades.

          Sementara itu kelompk yongki mencari amel dengan menyusuri kampung dan bertanya-tanya pada warga, ketika yongki dan kawan-kawan sampai di sebuah rumah tua ia menemui seorang kakek yang sedang membersihkan halaman, lalu dan yang lain mengajak kakek itu ngobrol, sambil bertanya-tanya.

Yongki          : permisi keeeek...!
Kakek           : iya, ada yang bisa saya bantu..?
Yongki          : ini kek, saya mau bertanya, apa kakek pernah melihat wanita ini..? (sambil menunjukan foto amel)
Kakek           : kakek tidak pernah melihatnya nak, memangnya kenapa..?
Ribas             : Tadi pagi waktu kami bangu tidur, dia sudah tidak bersama kami kek, da waktu kami lari pagi tadi, kami menemkan sepatunya di dekat pohon jengkol disana.
Kakek           : apa teman kalian ini keluar semalam..?
Alya              : mungkin..! soalnya semalem dia bilang kalo dia laper, terus aku nyuruh dia masak mie instan dia gak mau, mungkin dia cari makanan di luar..
Kakek           : oh tidak..!
Yongki          : kenapa kek..?
Kakek           : ini pasti ulah dia.
Ribas             : dia siapa kek..?
Kakek           : Hantu Semur Jengkol
Ribas             : wakakakakkkk...! ada-ada aja nih kakek.
Kakek           : kakek tidak bercanda, silahkan kalau kalian tidak percaya.
Yongki          : maaf atas kelancangan teman saya kek, kalau begitu kami permisi dulu kek, kami harus melanjutkan pencarian teman kami.
Kakek           : silahkan, tapiberhati-hatilah dalam perjalanan.
Yongki          : baik. Terimakasih banyak kek.

Sementara itu di kelompok Deni. Hari semakin beranjak senja, Deni dan kelompoknya sedang menuju ke rumah pak kades, di tengah perjalanan Putri merasa lapar, lalu dia bertanya pada yang lain “ Ada yang bawa makanan gak..? laper nih.” Lalu rina menjawab.” Kamu kan tau sendiri, kita keluar gak bawa apa-apa.” “ iya sih, tapi masak gak ada cemilan gtu kek..?” kata putri sambil merengek. Lalu deni berkata “ udah tahan aja, entar di rumah pak kades pasti dikasi makan kok”, dengan muka pasrah putri menjawab “Ya udah lah”. Selang beberapa saat putri mencium aroma sesuatu, lalu ia berkata “ Kalian mencium aroma masakan gak..?”, Deni dan rina mnjawab bersam-sama. “Nggak tuh”, lalu Putri berkata “aku yakin, nih pasti ada orang yg lagi masak enak, kalian tuggu sini yah, entar aku bawain buat kalian”, “Jangan put” teriak Deni, “ kenapa den..? kamu gak mau tah aku bawain makanan ntar”, lalu deni berkata “ Perasaan ku gak enak put”, “aah, itu cuman perasaanmu aja, udah yah aku pergi dulu, daaa” putri berkata sambil pergi.
Deni dan rina tidak beranjak pergi, mereka hanya menunggu putri kembali, lalu mereka mendengar suara teriakan minta tolong, dan mereka yakin kalau suara itu adalah putri. Lalu mereka pun pergi ke arah suara tersebut, dan ternyata mereka tidak menemukan apapun kecuali jam tangan putri terjatuh di tanah. Rina mulai panik dan mengajak deni untuk segera meninggalkan kampung tersebut, namun deni menolak, karena kedua teman mereka menghilang secara misterius, dan Deni bersih keras untuk tetap mencari putri dan amel. Kemudian Rina pingsan di tempat Putri dan Amel menghilang. Ketika Rina pingsan, ia mendapat sebuah mimpi, di dalam mimpi tersebut, ia bertemu dengan seorang perempuan misterius yang sering ia lihat ketika baru sampai di desa Petai Sari, ia melihat sebuah kejadian aneh yang terjadi pada wanita tersebut. Di dalam mimpinya rina, terlihat seorang pria bersama wanita misterius itu, pria tersebut memanggil wanita itu dengan sebutan Hanum.Setelah itu rina melihat mereka sedang terlibat percekcokan, Rina melihat dan mendengarkan percekcokanitu, ternyata mereka ribut, karena Hanum meminta pertanggungjawaban kepada pria tersebut karena telah menghamilinya, lalu pria tersebut gelap mata dan kemudian membunuh hanum dengan cara memukul kepalanya dengan sebatang besi dan memutilasi tubuh hanum menjadi beberapa bagian dan lalu dikuburkan di bawah pohon jengkol. Setelah prian tersebut membunuh hanum, pria tersebut gantung diri di pohon jengkol itu juga. Kemudian arwah hanum berkata pada rina “Kuburkan jenazahku dengan layak, dan akan ku kembalikan teman-temanmu dan warga desa ini dalam keadaan hidup”.
Rina pun langsung tersadar dari pingsannya dan ternyata ia sudah berada di rumah pak kades, lalu rina meminta pak kades untuk mengumpulkan warga dan mengikuti apa yang ia lihat dalam mimpinya. Rina dan pak kades pun mengumpulkan warga untuk melakukan penggalian di sekitar pohon jengkol, sementara deni menghubungi yongki dan yang lain agar mereka berkumpul di pohon jengkol yang di anggap menyeramkan itu.
Setibanya di lokasi rina menunjukan tempat dimana hanum dikubur secara tidak layak. Akhirnya warga melakukan penggalian dan menemukan sebuah panci besar yang berisi tulang belulang manusia. Akhirnya wargapun memakamkan tulang-tulang tersebut secara layak, ketika proses pemakaman rina mendengar sebuah bisikan, “Terimakasih telah memakamkan jazatku dengan layak, jemputlah teman-temanmu di tempat mereka menghilang”. Akhirnya rina mengajak pak kades untuk menuju ke lokasi yang tadi, sesampainya di sana ia mendengar suara jeritan minta tolong, ternyata setelah ia telusuri suara tersebut, ia menemukan kedua temannya dan warga yang menghilang di dalam sebuah rumah tua. Kondisi mereka sangat memprihatinkan, masih dalam keadaan ketakutan dan depresi karena selama beberapa hari mereka berada di alam lain.
Akhirnya mereka semua dibawa pulang, Sementara Amel dan Putri dibawa ke rumah pak kades, mereka bermalam di rumah pak kades untuk menenangkan diri.
Pagi pun tiba, akhirnya Yongki dan yang lain memutuskan untuk pulang, mereka berpamitan kepada seluruh warga Petai Sari, dan warga juga mengucapkan terima kasih kepada mereka. Di tengah perjalanan rina kembali melihat sesosok wanita, ternyata itu adalah arwah hanum yang melambaikan tangan pada rina sebagai tanda ucapan terima kasih. Melihat rina melambaikan tangan dan tersenyum sendirian, deni pun bertanya “Siapa rin..?” “Ahh, bukan siapa-siapa, ayo kita lanjut pulang saja” jawab rina, sambil tersenyum.


 

No comments:

Post a Comment