Suatu hari ada 7 orang pemuda Pencita Alam yang sedang blusukan ke
sebuah desa terpencil yang bernama Desa Petai Sari. Pemuda-pemuda tersebut
bernama, Yongki, Deni, Ribas, Putri, Amel, Alya, dan Oktarina (Rina). Mereka
bertujuan untuk melakukan bakti sosial, sebab di desa tersebut desa yang sangat
terpencil, dan minim akan ilmu pengetahuan.
Yongki sebagai ketua dari kelompok, mengajak Alya pergi ke rumah
kepala desa untuk meminta izin mengadakan kegiatan di desa tersebut, sementara
yang lain ditugaskan untuk survei lokasi, dan berkenalan dengan warga-warga
sekitar. Di rumah kepala desa yang bernama Bapak Pramoko, Yongki dan Alya
disambut dengan hangat, Yongki pun menjelaskan maksud dan kedatangan mereka ke
desa Petai Sari. Bapak Pramoko pun memberikan izin kepada mereka, namun beliau
berpesan “janganlah kalian sekali-kali keluar pada malam hari.” Kemudian Alya
bertnya “apakah di desa ini banyak penjahat pak..?” “oh tidak..!” jawab pak
Pramoko “lalu pak..?” sahut Yongki, pak Pramoko menjawab “sudahlah, kalian
jangan banyak tanya, yang penting kalian ikuti nasihat saya dan kalian akan
selmat.” Yongki dan Alya hanya bisa meng iyakan saja.
Sementara itu, Deni, Ribas, putri, Amel, dan Oktarina melakukan
survei lokasi, ditengah kecriaan mereka, tiba” Oktarina melihat seorang wanita
duduk di bawah pohon jengkol sambil menangis. Lalu oktarina yang tercengang,
dikagetkan oleh ribas, “dor...!, melamun aja, liatin apa kmu rin..?” tanya
ribas, setelah mengagetkan rina.
Lalu rina menjawab “itu bas, ada cewek nyenden di bawah pohon
jengkol sabil nangis”, ribas pun melihat kearah pohon jengkol dan berkata
“ngaco kmu rin, orang di sana gak ada siapa-siapa”. Oktarina pun terkejut, “
lho, sumpah tadi ada perempuan nangis di situ” kata oktarina dengan wajah penuh
penasaran, “ ngayal aja kamu, ayo kita lanjut survei lokasi, tuh spertinya ada
penduduk di sana”, akhirnya mereka melanjutkan perjalanannya, menyusul Deni,
Putri, dan amel.
            Deni memulai
percakapan dengan salah satu warga yang bernama pak Hambali
Deni     : selamat siang
pak...!
Pak Hambali : iya, selamat siang. Ada apa yah mas..?
Deni       : begini pak, kami
dari kelompok Pencinta Alam, ingin ingi mengadakan bakti sosial selama beberapa
hari di sini pak, kalo bapak tidak keberatan, saya ingin tahu tentang kondisi
lingkungan desa ini.
Pak Hambali : oh iya mas, jadi begini, desa Petai Sari ini, adalah
desa yg aman dan tentram, warga disini ramah mas, tidak akan ada tindak
kriminal yg terjadi di desa ini, namun saya berpesan, kalian jangan sekali-kali
mendekati pohon jengkol yang ada di sana, jika ada orang yang berani mendekati
apalagi sampai merusah pohon itu, maka ia akan menghilang, dan menurut orang
almarhum orang tua saya, orang-orang yg menghilang itu akan berpindah alam.
Deni       : ih serem amat
pak..?
Oktarina : apa aku bilang, ada yang aneh dengan tuh pohon jengkol.
Pak hambali : sudah, apapun yang terjadi jangan pernah mendekati
pohon jengkol itu.
Deni        : iya pak, terima
kasih banyak atas informasinya, kami pamit dulu, slamat siang pak.
Pak Hambali : iya, mari. Hati-hati mas....!
                          Akhirnya
mereka kembali ke mobil dengan mengambil jalan memutar. Ditengah perjalanan
Oktarina memulai pembicaraan.
Oktarina            : eh
temen-temen, rasanya apa yg dibilang bapak tadi itu ada benernya deh..
Putri                   : bener gimana maksudmu rin..?
Oktarina            : iya,
tadi aku ngeliat ada perempuan nangis di bawah pohon jengkol yang tadi, terus
stelah itu dia ngilang gitu aja.
Amel                 : halusinasi
kamu aja paling tuh rin, kamu kan emang penakut.
Oktarina            : eh, suer
aku liat dengan mata kepalaku sendiri, dan aku dalam keadaan sadar.
Ribas                 : sudah,
gak usah pada berdebat, aku juga ngerasa ada yang aneh sama tuh pohon
Oktarina            : tuh kan,
ribas aja juga ngerasa gitu.
Putri                  :
memangnya apa yang aeh bas..?
Ribas                 : ya
aneh aja, kok pohon petai, sama pohon jengkol hampir mirip yah..? hahaaa.
Oktarina            : ah,
resek kamu bas, awas aja yah, kalau sampek salah satu dari kalai ngeliat
sendiri, huuumb.
Deni                  : dari tadi kalian cuman ribut aja, kita sudah
nyampek di mobil nih, tapi si yongki sama alya kemana yah, kok lama banget...?
Amel                 : tau ah,
paling pada nyasar tuh.
Ribas                 :
sembarangan kalo ngomong, ntar biar aku telvon mereka dulu.
Putri                  : eh,
tuh mereka udah pada nongol. Yongki, Alya, gimana apa kita di ijinkan..?
Yongki              : iya,
kita dapat ijin dari pak lurah, oh iya, kita dikasi penginapan sama pak lurah,
gratis, jadi gak perlu susah-susah mendirikan tenda, atau cari penginapan lagi.
Amel                 : bagus
dong kalau gitu, ayo tunjukin di mana tempatnya...!
Yongki              : oke, ayo
semua ,masuk ke mobil, biar aku yang nyetir.
          Akhirnya merekapun pergi menuju tempat
penginapan yang disediakan pak lurah.
Sesampainya
di penginapan, merekapun menyiapakan semua yang mereka butuhkan di kegiatan
bakti sosial besok hari.
          Hari semakin malam merekapun hendak
beranjak tidur. Ketika rina hendak memejamkan mata, tiba-tiba terdengar suara
tangisan perempuan, seketika rina merasa takut, lalu ia membangunkan alya,
Rina
             : Al, bangun..!
Alya
             : apaan sih rin, udah ngantuk
nih..!
Rina
             : bangun al, ada suara
perempuan nangis tuh di luar.
Alya
             : ngaco ah kamu, mana ada
orang keluar jam segini,? Udah tidur aja
Rina              : ya udah, sana geser dikit.
          Akhirnya rina memutuskan untuk tidur,
namun hatinya masih gelisah bercampur rasa penasaran. Selang sesaat terdengar
aroma masakan yang sangat sedap, rina pun semakin penasaran, sebab mana mungkin
ada orang masak di tengah malam. Malam semaki larut, dan rina pun akhirnya
tertidur.
          Pagi pun tiba, dan tiba pula waktu
mereka untuk melakukan  bakti sosial dan
penyuluhan tentang pentingnya pendidikan. Saat yongki menyampaikan
persentasenya di depan warga, rina kembali mendapati hal yang aneh, dia melihat
seorang perempuan dengan raut muka pucat duduk di kursi paling belakang, lalu
rina memberi tahukan pada deni, “den, kmu liat deh perempuan yang duduk di
kursi paling belakang, kok kayaknya aku pernah liat yah den.?”
“mana..?,
oraang kursi paling belakang kosong” sahut deni.
“itu
den, wajahnya pucet banget, oh iya aku ingat sekarang, dia wanita yang aku liat
di pohon jengkol kemarin” kata rina.
“udah
rin, gak usah aneh-aneh, kita lagi mau menyampaikan persentase nih” sahut deni.
Rina
pun hanya terdiam, lalu rina melihat ke arah kersi tersebut, dan ternyata
wanita itu sudah tidak ada. Rina semakin penasaran, sebenarnya apa yang ada di
desa ini.
          Hari pun beranjak sore, bakti sosial
di hari pertama berjalan dengan lancar, akhirnya mereka kembali ke penginapan.
Di saat yang lain asik bercanda, rina masih saja diselimuti rasa penasaran.
Malam semakin larut, mereka pun beranjak tidur, ketika para wanita masuk ke
kamar meraka, tiba-tiba amel merasa lapar, “woy, ada yang punya cemilan gak..?
laper nih” kata amel, sambil memegang perutnya, alya menjawab dengan kondisi
mengantuk “tuh ada mie instan di tas, kamu masak aja”, “bosen ah, makan mie
instan melulu” kata amel.
“terserah
kamu aja dah, aku mau tidur dulu” sahut alya.
Amel
pun memasang wajah sebal, sebab tidak ada yang menghiraukan rasa laparnya.
Selang
sesaat terdengar aroma masakan yang sangat sedap, tanpa pikir panjang, amel pun
segera mencari sumber dari aroma masakan tersebut. Amel berbicara dalam hati
“dari mana nih aroma, sepertinya sedep banget, kayaknya dari luar nih, tapi
kata warga di sini gak boleh, kluar malem,,, bodoh amat ah, kalo perut udah
keroncongan segala resiko berani diambil”.
Akhirnya
amel diam-diam keluar dan mencari pembuat masakan tersebut, setelah agak jauh
dari penginapan, amel melihat ada sebuah warung yang sedang buka, tanpa pikir
panjang amelpun segera masuk ke warung tersebut dan memesan makanan, lalu amel
berkata “waw, ternyata aroma yang tadi aku cium, asalnya dari semur jengkol
ini, heem, aromanya saja sedap, apa lagi rasanya”. Lalu amel pun memakan semur
jengkol tersebut, setelah beberapa suapan terjadilah sesuatu yang mengejutkan
amel, ternyata semur jengkol yang iya makan adalah organ dalam manusia, dan
kuahnya darah, ketika amel melihat ke arah pemilik warung, ternyata dia adalah
sesok makhluk halus yang menjelma sebagai manusia, bahkan warung tersebut
seketika menghilang, dan yang tersisa hanyalah pohon jengkol yang mereka lewati
kemarin. Amel pun berteriak, namun tak ada yang mendengarkannya.
                      Pagi pun tiba, yongki dan
teman-teman yang lain bersiap-siap utuk berolah raga, lalu deni berkata “
kalian ngerasa ada yang beda gak..?” “beda gimana den..?” tanya rina.
“sepertinya
ada yang kurang gitu diantara kita” kata deni, “oh iya, amel gak ada” sahut
putri.
Lalu
alya berkata “palingan dia udah joging duluan”. “ya udah ayo kita joging,
skalian cari si amel” kata ribas. Akhirnya mereka lari-lari pagi menyusuri
desa, setelah agak jauh yongki berkata “ sepertinya kita harus srius nyari amel
deh, soalnya udah dari tadi muter-muter kampung, gak ada tanda-tanda dari amel”
“tunggu sebentar”, rina memotong pembicaraan
“ada
apa rin..?” tanya ribas, “kalian lihat di pohon jengkol itu,” kta rina “ada apa
sih rin..?” tanya putri, rina tidak menjawab, dan dia langsung berlari kearah
pohon jengkol tua itu.
Lalu
rina berteriak pada teman-temannya “hey, ksini deh liat nih” teman-temannya pun
mendatangi rina, “ada apa rin..?” tanya yongki, lalu rina menjawab “liat, ini
kan sepatunya amel.” “iya rin” sahut alya, “eh liat kesini deh” kata putri,
“apaan put..?” tanya deni, “ada bercak darah” jawab putri. Lalu yongki berkata
“ini ada yang tidak beres, hari ini kita tunda dulu acara bakti sosial kita
fokuskan untuk mencari amel”, “iya setuju” jawab yanglain. Lalu yongki menyusun
rencana “oke, mula-mula kita bagi kelompok, aku, alya, dan ribas cari amel. Rin
, deni , dan putri, ke rumah pak kades, beri tahukan masalah ini, apa ada
pertanyaan..?” “oke kami mengerti” jawab semuanya,”bagus, kalo begitu sebelum
senja, kita berkumpul di penginapan.”
          Akhirnya mereka menjalankan tugas
masing-masing, kelompok rina segera menuju ke rumah pak kades, di tengah jalan
rina mendengar suara tangisan anak kecil, saat ia bertanya pada deni, deni
tidak menghiraukan dan menyuruh mereka untuk tetap melanjutka perjalanan ke
rumah pak kades.
          Sementara itu kelompk yongki mencari
amel dengan menyusuri kampung dan bertanya-tanya pada warga, ketika yongki dan
kawan-kawan sampai di sebuah rumah tua ia menemui seorang kakek yang sedang
membersihkan halaman, lalu dan yang lain mengajak kakek itu ngobrol, sambil
bertanya-tanya.
Yongki
         : permisi keeeek...!
Kakek
          : iya, ada yang bisa saya
bantu..?
Yongki          : ini kek,
saya mau bertanya, apa kakek pernah melihat wanita ini..? (sambil menunjukan
foto amel)
Kakek           : kakek tidak
pernah melihatnya nak, memangnya kenapa..?
Ribas             : Tadi pagi
waktu kami bangu tidur, dia sudah tidak bersama kami kek, da waktu kami lari
pagi tadi, kami menemkan sepatunya di dekat pohon jengkol disana.
Kakek           : apa teman
kalian ini keluar semalam..?
Alya              : mungkin..!
soalnya semalem dia bilang kalo dia laper, terus aku nyuruh dia masak mie
instan dia gak mau, mungkin dia cari makanan di luar..
Kakek           : oh tidak..!
Yongki          : kenapa
kek..?
Kakek           : ini pasti
ulah dia.
Ribas             : dia siapa
kek..?
Kakek           : Hantu Semur
Jengkol
Ribas             :
wakakakakkkk...! ada-ada aja nih kakek.
Kakek           : kakek tidak
bercanda, silahkan kalau kalian tidak percaya.
Yongki          : maaf atas kelancangan
teman saya kek, kalau begitu kami permisi dulu kek, kami harus melanjutkan
pencarian teman kami.
Kakek           : silahkan,
tapiberhati-hatilah dalam perjalanan.
Yongki          : baik.
Terimakasih banyak kek.
Sementara itu
di kelompok Deni. Hari semakin beranjak senja, Deni dan kelompoknya sedang
menuju ke rumah pak kades, di tengah perjalanan Putri merasa lapar, lalu dia
bertanya pada yang lain “ Ada yang bawa makanan gak..? laper nih.” Lalu rina
menjawab.” Kamu kan tau sendiri, kita keluar gak bawa apa-apa.” “ iya sih, tapi
masak gak ada cemilan gtu kek..?” kata putri sambil merengek. Lalu deni berkata
“ udah tahan aja, entar di rumah pak kades pasti dikasi makan kok”, dengan muka
pasrah putri menjawab “Ya udah lah”. Selang beberapa saat putri mencium aroma
sesuatu, lalu ia berkata “ Kalian mencium aroma masakan gak..?”, Deni dan rina
mnjawab bersam-sama. “Nggak tuh”, lalu Putri berkata “aku yakin, nih pasti ada
orang yg lagi masak enak, kalian tuggu sini yah, entar aku bawain buat kalian”,
“Jangan put” teriak Deni, “ kenapa den..? kamu gak mau tah aku bawain makanan
ntar”, lalu deni berkata “ Perasaan ku gak enak put”, “aah, itu cuman
perasaanmu aja, udah yah aku pergi dulu, daaa” putri berkata sambil pergi.
Deni dan rina
tidak beranjak pergi, mereka hanya menunggu putri kembali, lalu mereka
mendengar suara teriakan minta tolong, dan mereka yakin kalau suara itu adalah
putri. Lalu mereka pun pergi ke arah suara tersebut, dan ternyata mereka tidak
menemukan apapun kecuali jam tangan putri terjatuh di tanah. Rina mulai panik
dan mengajak deni untuk segera meninggalkan kampung tersebut, namun deni
menolak, karena kedua teman mereka menghilang secara misterius, dan Deni bersih
keras untuk tetap mencari putri dan amel. Kemudian Rina pingsan di tempat Putri
dan Amel menghilang. Ketika Rina pingsan, ia mendapat sebuah mimpi, di dalam
mimpi tersebut, ia bertemu dengan seorang perempuan misterius yang sering ia
lihat ketika baru sampai di desa Petai Sari, ia melihat sebuah kejadian aneh
yang terjadi pada wanita tersebut. Di dalam mimpinya rina, terlihat seorang
pria bersama wanita misterius itu, pria tersebut memanggil wanita itu dengan
sebutan Hanum.Setelah itu rina melihat mereka sedang terlibat percekcokan, Rina
melihat dan mendengarkan percekcokanitu, ternyata mereka ribut, karena Hanum
meminta pertanggungjawaban kepada pria tersebut karena telah menghamilinya,
lalu pria tersebut gelap mata dan kemudian membunuh hanum dengan cara memukul
kepalanya dengan sebatang besi dan memutilasi tubuh hanum menjadi beberapa
bagian dan lalu dikuburkan di bawah pohon jengkol. Setelah prian tersebut
membunuh hanum, pria tersebut gantung diri di pohon jengkol itu juga. Kemudian
arwah hanum berkata pada rina “Kuburkan jenazahku dengan layak, dan akan ku
kembalikan teman-temanmu dan warga desa ini dalam keadaan hidup”.
Rina pun
langsung tersadar dari pingsannya dan ternyata ia sudah berada di rumah pak
kades, lalu rina meminta pak kades untuk mengumpulkan warga dan mengikuti apa
yang ia lihat dalam mimpinya. Rina dan pak kades pun mengumpulkan warga untuk
melakukan penggalian di sekitar pohon jengkol, sementara deni menghubungi
yongki dan yang lain agar mereka berkumpul di pohon jengkol yang di anggap
menyeramkan itu.
Setibanya di
lokasi rina menunjukan tempat dimana hanum dikubur secara tidak layak. Akhirnya
warga melakukan penggalian dan menemukan sebuah panci besar yang berisi tulang
belulang manusia. Akhirnya wargapun memakamkan tulang-tulang tersebut secara
layak, ketika proses pemakaman rina mendengar sebuah bisikan, “Terimakasih
telah memakamkan jazatku dengan layak, jemputlah teman-temanmu di tempat mereka
menghilang”. Akhirnya rina mengajak pak kades untuk menuju ke lokasi yang tadi,
sesampainya di sana ia mendengar suara jeritan minta tolong, ternyata setelah
ia telusuri suara tersebut, ia menemukan kedua temannya dan warga yang
menghilang di dalam sebuah rumah tua. Kondisi mereka sangat memprihatinkan,
masih dalam keadaan ketakutan dan depresi karena selama beberapa hari mereka
berada di alam lain.
Akhirnya mereka
semua dibawa pulang, Sementara Amel dan Putri dibawa ke rumah pak kades, mereka
bermalam di rumah pak kades untuk menenangkan diri.
Pagi pun tiba,
akhirnya Yongki dan yang lain memutuskan untuk pulang, mereka berpamitan kepada
seluruh warga Petai Sari, dan warga juga mengucapkan terima kasih kepada
mereka. Di tengah perjalanan rina kembali melihat sesosok wanita, ternyata itu
adalah arwah hanum yang melambaikan tangan pada rina sebagai tanda ucapan
terima kasih. Melihat rina melambaikan tangan dan tersenyum sendirian, deni pun
bertanya “Siapa rin..?” “Ahh, bukan siapa-siapa, ayo kita lanjut pulang saja”
jawab rina, sambil tersenyum.
 
No comments:
Post a Comment